11
Asya keluar dari ruangan dengan wajah pasrah. Ia baru saja mengerjakan tes tertulis untuk seleksi program exchange yang ia ikuti. Sebenernya Asya dapat mengerjakan tes tersebut dengan baik, akan tetapi melihat bahwa ada ratusan mahasiswa dan mahasiswi yang juga sedang berada di tempat yang sama dengan tujuan yang sama dengannya membuatnya sedikit pesimis. Bisakah ia menjadi salah satu dari kelima orang yang berhasil untuk mengikuti program tersebut?
Namun, lamunannya buyar ketika ada seseorang yang menghalangi langkahnya.
“Lo cewek yang waktu itu numpahin kopi ke celana gue kan?”
Asya mengadahkan wajahnya agar dapat melihat lawan bicaranya. Wajahnya sontak kaget mengetahui bahwa yang ada di depannya saat ini adalah seseorang yang paling ia ingin temui dan hindari.
“Eh.. anu, iya. Sorry banget. Waktu itu gue beneran gak sengaja dan gak liat kalo ada lo di belakang gue.” jawab Asya mencoba memberi penjelasan.
“Gara-gara lo kopi gue tumpah, celana gue kotor, dan bahkan paha gue yang kena siram jadi merah dan perih banget, tiga hari baru sembuh.” cecar Hansel kesal mengingat kejadian yang menimpanya beberapa waktu lalu.
“Sumpah separah itu? Sekarang gimana? Udah sembuh belum? Perlu diobatin lagi gak?”
“Telat. Udah sembuh. Paha gue udah kembali mulus kek paha ayam KFC.”
“Mau.”
“Hah? Mau apa anjir? Paha gue bukan konsumsi publik.”
“MAU PAHA KFC LAHH.”
“Oh kirain.”
“Lo temenin gue makan ya? Sekalian gue traktir deh sebagai ganti rugi kopi lo yang tumpah kemaren. Lagian si Karin temen gue masih tes, jadinya gue gak ada temen nih.”
“Gue juga bukan temen lo.”
“Yaudah bukan sebagai temen. Tapi sebagai pelaku yang ingin memberi ganti rugi kepada korban.”
“Oke.”