191

Langit sudah mulai gelap menandakan bahwa mereka sudah menghabiskan waktu cukup lama untuk bermain disini. Menuangkan segala canda tawa, teriakan, dan keringat. Melukiskan memori bersama.

Hansel menghampiri Asya yang terlihat cukup lelah setelah mencoba berbagai wahana permainan yang ada, terlihat dari banyaknya keringat yang bercucuran di keningnya.

“Sya, sebentar.” Hansel berdiri dibelakang Asya sambil mengikat rambut Asya dengan kunciran yang ia bawa.

“Biar gak gerah.”

“Makasih, hehe.”

“Kamu semangat banget mainnya, semua dicobain.”

“Ihh seru tau.”

“Capek gak? Mau aku gendong? Nanti jauh jalan ke stasuin MRTnya.”

“Hahaha emang kamu gak capek? Kan kamu juga pasti capek, lagian aku masih bisa jalan sendiri Hanseeeel.”

“Kalo capek langsung bilang ke aku biar nanti aku gendong.”

“Iyaa bawel.”

“Gendong gue aja, Sel. Gue capek nih.” ledek Karin.

“Kalo lo mah minta gendong Rendi sana, Rin. Pasti mau dia.”

“Ututu Karin capek? Sini aa Rendi gendong.” jawab Rendi yang kemudian dihadiahi pukulan di kepalanya oleh Karin.

Kejadian itu pun mengundang gelak tawa teman-temannya.