Among Us.
Di sini lah mereka. Kleo duduk di bangku kemudi dengan Leona tepat disebelahnya, kemudian Isha berada di bangku penumpang di belakang mereka. Isha sedari tadi sibuk menanyakan banyak hal kepada Kleo, mulai dari mengapa ia bisa dekat dengan Leona sampai pertanyaan-pertanyaan mengenai Auryan, teman satu grup Kleo. Kleo menanggapi semua pertanyaan Isha dengan santai, walaupun ia menganggap Isha sangat lah berisik. Sedangkan, Leona hanya bisa terdiam menikmati perjalanan pulang mereka kembali menuju hotel, tidak ingin ikut campur sebab ia sudah lelah menghadapi Isha sejak semalam.
“Kleo, besok-besok kenalin gua sama Auryan dong, please! Atau besok-besok ajakin dia juga kalo kita pergi bareng kaya gini.” pinta Isha. “Tuh anak susah diatur. Jadi gue gak yakin dia bakalan mau ikut.” elak Kleo, entah lah ia hanya tidak berminat untuk menyeret teman-temannya ke dalam situasi seperti ini. Melihat bahwa Isha terlihat seperti seorang penggemar yang cukup fanatik dan merepotkan.
“Yah.. Lo kan temennya, pasti bisa lah. Ajakin nongkrong aja gitu. Nanti gua sama Leona ikut. Iya kan, Le?” tanya Isha meminta persetujuannya. “Gak enak gak sih, Sha? Malah takut jadi ganggu waktu dan privasi mereka gitu? Lagian mereka juga sibuk.”
“Yaelah, lo juga kan sering tuh jalan sama Kleo pasti kan? Itu buktinya dia bisa dan gak ganggu waktu dia.”
“Karena gue yang butuh Leona. Jadi dia sama sekali gak ganggu waktu gue. Kalo lo, lo yang butuh Auryan. Jadi bisa aja itu ganggu waktunya dia. Leona and you are totally different.” jelas Kleo. Leona menoleh mendengar perkataan Kleo. Mengisyaratkan bahwa perkataannya mungkin saja menyinggung perasaan Isha. Tetapi Kleo acuh dan tetap mengemudikan mobilnya dengan tenang.
Sedangkan Isha bungkam di bangku belakang. Perkataan Kleo barusan tidak membuatnya marah, melainkan membuatnya iri terhadap Leona. Selama ini ia selalu menganggap dirinya dan Leona memiliki banyak kesamaan. Mereka sama-sama berasal dari Indonesia, mereka sama- sama seorang penggemar grup bernama Stardust, mereka sama-sama menjalankan peran sebagai seorang fansite agar dapat terus melihat perkembangan idola mereka dan menikmati setiap momen yang ada. Semuanya, semua kesamaan itu ternyata tidak menjamin bahwa nasibnya juga akan sama dengan Leona. Terbukti, kini ia dapat merasakan bahwa terdapat jurang yang cukup jauh diantara dirinya dan juga Leona. Jurang yang berisikan rasa iri dan kecewa.
Isha pun tersadar dari lamunannya ketika mobil yang ditumpanginya sudah berhenti tepat di depan hotel tempat ia dan Leona menginap.
“Thank you.” ucap Leona berpamitan. “No worries. See you when i miss you.” Kleo tetaplah Kleo. Semua kata-kata manisnya tidak akan pernah habis untuk ia lontarkan kepada Leona.
Isha yang sejak tadi melihat peristiwa itu hanya mengamatinya dalam diam.