Beautiful History

Sudah lima belas menit Kleo berdiri di depan cermin kamar hotelnya memperhatikan seluruh penampilannya dari ujung kaki hingga ujung kepala, tidak ada sejengkal pun yang lewat dari perhatiannya. Sejak Leona mengiyakan ajakan date-nya tadi malam, Kleo mulai uring-uringan menyusun rencana tentang tempat-tempat apa saja yang akan mereka kunjungi, mulai dari museum, teater pertunjukan, restoran, sampai dengan berbagai toko yang mungkin saja menjual barang-barang unik yang dapat menarik perhatian wanita itu.

Sungguh, Kleo berharap banyak pada hari ini. Berharap bahwa ia bisa membuat senyum manis wanita itu terus merekah di wajahnya sepanjang hari saat bersamanya, serta berharap sepasang mata indahnya pun akan bersinar terang layaknya matahari menyinari sang surya. Let's make our beautiful history.


Teatro Salone Margherita menjadi pemberhentian pertama mereka hari ini. Sebuah gedung teater pertunjukan seni yang mementaskan sandiwara tentang kisah klasik sejarah Yunani Kuno yang dibalut dalam sebuah komedi. Pertunjukan itu berlangsung selama kurang lebih dua jam dan selama itu pula mereka disuguhi dengan penampilan-penampilan menarik dari pada pemain di atas panggung.

“Keren banget.” “Gaunnya cantik, kesan vintagenya jadi makin kerasa.” “Hahaha liat dong yang itu, Kle. Mereka lucu banget dari tadi.” “Wah..” “Ih suka liat mereka.” Komentar-komentar itulah yang sering Leona lontarkan selama pertunjukan berlangsung, riuh suara tepuk tangan juga terdengar setiap kali ia dibuat kagum oleh pertunjukan itu.

Do you like the show?” tanya Kleo seusai mereka keluar dari gedung pertunjukan itu. “I love it! This is the best show I've ever seen. Ten out of ten!” jawabnya antusias.

Gemas. Satu kata yang mendeskripsikan perasaan Kleo saat ini. Wanita dihadapannya terlihat sangat menggemaskan ketika ia sedang membicarakan ulang mengenai pertunjukan barusan. Antusiasnya, gerak tubuhnya, dan mimik wajah yang bersemangat, semua itu seperti sebuah mantra yang mampu menyihir dirinya untuk terus memusatkan perhatiannya pada wanita itu. “Kalo dari lo gimana? rate buat pertunjukan tadi berapa?” “Nine out of ten.“ “Hm? Kenapa?” “Because the only one that deserves my ten out of ten is you.

Daripada harus repot menanggapi pernyataan Kleo barusan, Leona lebih memilih untuk berjalan meninggalkan pria itu di belakangnya sambil berusaha menetralkan detak jantungnya yang sepertinya sedang bekerja maksimal akibat ulah pria di belakangnya itu.

“Le, kok gue ditinggal sih. We still have a long way to go for spending the day. Tungguin dong.” Senyum simpul mulai terukir di sudut bibir Kleo, mengetahui bahwa sepertinya harapannya hari ini mulai terkabul.