Malam ini Alin sudah berada di dalam Ballroom salah satu hotel ternama. Tempat ini sangat ramai dipenuhi oleh orang-orang yang bahkan tidak satu pun ia kenal, membuatnya harus menyendiri di pojok ruangan sambil menunggu Papanya yang sedang asyik berbincang dengan rekan kerjanya.

“Orang tua lo dateng juga?”

Alin menoleh kearah sumber suara.

“Candra? Lo di sini juga?”

“Keliatannya?” jawabnya balik melempar pertanyaan kepada Alin.

Alin hanya mengangguk menghindari situasi canggung diantara mereka. Seharusnya Alin senang karena ia dapat menemukan seseorang yang ia kenal di sini, setidaknya ada orang yang dapat ia ajak berbicara untuk menghabiskan malam yang sangat membosankan ini. Tetapi melihat sikap Candra barusan, sepertinya ia tidak bisa berharap banyak.

Namun, tiba-tiba Candra meraih tangan Alin dan membawanya menuju ke mobil. Membukakan pintu untuknya dan menyuruhnya masuk ke dalam. Alin mengerutkan keningnya, bingung dengan situasi yang sedang ia alami.

Melihat ekspresi bingung Alin yang meminta penjelasan membuat Candra kemudian berkata, “Acaranya masih lama. Dari pada lo bosen di sini, mending temenin gue cari angin.”

“Tap-”

Belum sempat Alin menjawab, Candra sudah lebih dulu menyuruhnya masuk dan menjalankan mobilnya bergabung dengan kemacetan di depan sana.


“Gue laper tapi jalanan macet banget. Kalo kita jajan di street food sini aja gakpapa kan?”

“Hah? Iya gapapa kok.”

“Yaudah pake ini. Angin malem dingin dan baju lo terlalu kebuka. Gue tunggu di luar” Candra menyerahkan jasnya pada Alin dan keluar lebih dulu dari mobilnya.