The truth.

Seperti cuitan terakhirnya yang membalas sebuah tweet milik Leona, kini Isha benar-benar sudah berada di depan pintu hotel milik Leona ketika ia membukanya. Dengan tangan dilipat di depan dada dan raut wajah meminta penjelasan, ia pun masuk ke dalam kamar sembari berkata, “Malem ini gua tidur di sini sampe lo selesai cerita.” Leona pun pasrah dan mengikuti langkah Isha memasuki kamarnya setelah mengunci pintu depan.

“Jadi ada apa diantara lo sama Kleo?” tanya Isha penuh selidik. Leona menghembuskan napas panjang sebelum memulai ceritanya.

“Jadi gini..” Leona mulai menceritakan awal mula pertemuannya dengan Kleo di suatu kafe tempo hari, lalu pertemuan kedua mereka sampai dengan bagaimana mereka bisa menjadi “dekat” seperti sekarang. Tentu saja Leona tidak menceritakan detailnya dengan jelas, hanya garis besarnya saja. Apalagi tentang bagaimana perlakuan Kleo terhadapnya atau tentang ajakan date yang pernah mereka lakukan. Bisa gawat kalau Isha sampai tau sejauh itu, pikirnya.

Selama mendengar cerita Leona, Isha memberikan ekspresi yang beragam. Mulai dari kaget, bingung, sampai dengan iri karena ia juga ingin diperlakukan begitu dengan Auryan, teman satu grup Kleo. “Sumpah kok bisa sih anjir? Lo lucky banget, Le. Kalo gua jadi lo mungkin gua udah terjun dari Big Ben kemaren sangking senengnya.” Leona hanya tertawa mendengar tanggapan berlebihan dari Isha.

“Gua tadi liat dengan jelas gimana si Kleo senyum-senyum ngeliat lo, ngobrol sama lo, sampe ngelus-ngelus rambut lo sebelum dia pergi. Apa lo gak stres diperlakuin kaya gitu sama dia? Gua yang liat aja stres, Le.” jelasnya frustasi. Itu semua memang benar, tadi sehabis mereka menyelesaikan makan malamnya di salah satu restoran pizza yang direkomandasikan oleh Isha, mereka memutuskan untuk mendatangi salah satu toko kamera yang juga berada di daerah itu. Isha yang sedang sibuk memilih-milih lensa mengabaikan Leona yang ternyata sudah mulai bosan dan memilih untuk menunggunya di luar. Dan sepertinya takdir memang selalu memihak kepada Leona dan Kleo agar segera dipersatukan. Mereka bagaikan magnet yang memiliki kutub berlawanan sehingga memiliki daya tarik yang sangat kuat untuk saling bertemu kembali.

Kleo yang baru aja selesai bermain kart rider dengan teman-temannya itu tidak sengaja melihat Leona yang sedang berdiri sendirian di luar toko. Kemudian ia memaksa teman-temannya untuk menurunkannya sebentar di sekitar sana dengan alasan ingin mencari toilet terdekat. Namun, bukan sebuah toilet yang dicarinya melainkan seorang wanita cantik yang telah mengusik hatinya selama beberapa waktu belakangan ini.

“Hey.” sapanya sesampainya ia di hadapan wanita itu. Jelas raut wajah kaget yang pertama kali Leona keluarkan ketika melihat Kleo di hadapannya. “Ngapain?” tanyanya sedikit berbisik.

Wanna take you home.” “No.” bantahnya cepat. “Gue ke sini bareng Isha. Dia lagi belanja di dalem.” Leona terlihat was-was sambil mencari keberadaan temannya di dalam toko.

Kleo terkekeh melihat gerak-gerik wanita itu. “I can take you and that Isha girl too. Should I?

Leona memutar bola matanya malas menanggapi Kleo. Menurutnya ini buat saat yang tepat untuk bercanda. Ia benar-benar khawatir kalau sampai temannya itu melihat mereka berdua sedang bersama seperti sekarang. Ia tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi.

Kleo yang semakin melihat jelas kegelisahan pada diri Leona itu pun mengalah, “Ok, I'm sorry. Lima menit tadi cukup kok buat ngobatin rasa kangen gue sama lo.”

“Gue juga udah ditungguin sama anak-anak tuh di mobil. So, get home safe pretty. See you at the concert.” satu elusan lembut mendarat di rambutnya memberikan rasa hangat sebelum pria itu akhirnya pergi.

Dan senyum kecil yang merekah di bibir Leona setelah kepergian pria itu ternyata hanya bertahan selama 3 detik sebelum ia menyadari bahwa Isha sudah berdiri di depan pintu keluar toko dan menyaksikan apa yang baru saja ia dan Kleo lakukan.