Too far

Kleo menginjakkan kakinya pada pedal rem mobil yang sedang ia kendarai dengan mendadak saat ia merasakan bahwa tangan kirinya disentuh oleh Steffia secara tiba-tiba. Ia menatap tangan yang saat ini masih bertengger di atas tangan kirinya itu dan kemudian menoleh ke arah sang pemilik, yaitu wanita di sebelahnya.

“Steff?” Steffia reflek menarik kembali tangannya setelah tersadar ia masih menggenggam tangan pria itu. “Eh kenapa lo ngerem mendadak, Kle? Gue yang tadinya mau mencet tombol volume malah kaget jadi reflek sampe pegang tangan lo kan jadinya.”

Bohong. Kleo tahu itu bohong. Sebab alasan utama ia menginjakkan kakinya pada pedal rem adalah karena ia merasakan sentuhan tangan wanita itu terlebih dahulu, bukan seperti apa yang wanita itu jelaskan barusan. “Isn't it too far?

Steffia yang tidak paham ke mana arah pembicaraan Kleo hanya bisa mengerutkan keningnya. “You and me. Isn't it too far? Gue tau kita udah kerja bareng selama kurang lebih empat tahun and yea I admit that I enjoy become your partner. Tapi beberapa waktu belakangan ini, you're being unprofessional, Steff. You crossed the line and I think it's too far for both of us.

“Gue salah apa, Kle? Gue ngelakuin kesalahan apa sampe lo bisa bilang kaya gitu?” raut wajahnya terlihat bingung. “Selama ini gue selalu coba buat jadi seorang stylist yang baik buat anak-anak stardust, terutama buat lo. Gue bahkan memperlakukan lo lebih dari anak-anak yang lain—” “That's the point, Steff.” sanggah Kleo cepat. “Perlakuan lebih lo buat gue itu yang bikin lo jadi gak profesional kaya sekarang ini. Gue tau lo tadi sengaja kan? Gue sampe ngerem mendadak kaya tadi cause I didn't even expect you would do that kind of thing. That was too far. Gue dari tadi fokus nyetir karena gue tau kita udah telat banget buat ke bandara and look what you have done. Lo malah ngelakuin hal-hal gak perlu kaya gini yang malah menghambat perjalanan kita.”

I really love working with you as a team, Steff. So, please just be the Steffia I used to know. And we're both fine.” Kleo kembali menjalankan mobilnya tanpa menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut wanita di sampingnya. Menghela napas panjang, mengingat harinya masih akan berjalan panjang sebab ia tahu setelah ini masih ada hal lain yang harus ia hadapi, yaitu managernya sendiri.