A little recharge
Malam ini sungguh melelahkan bagi Jeje yang baru saja sampai di rumahnya tepat pukul sepuluh malam. Persiapan launching produk baru di kantornya itu sangat menyita waktu dan juga tenaganya, membuatnya harus pulang lebih lama hari ini. Belum lagi jalanan ibukota yang masih saja ramai membuat kemacetan dimana-mana tak kenal waktu.
Satu notifikasi masuk tepat setelah Jeje selesai berbenah diri dan mulai mengistirahatkan tubuhnya pada singgasana yaitu, tempat tidurnya tercinta. Ia tersenyum membaca pesan singkat itu. Menyadari bahwa hari ini ia pun bahkan tidak banyak berbagi kabar dengan prianya di sebrang sana.
Kenapa jam segini lampunya kamarnya masih terang? Kamu belum tidur?
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan satu pesan singkat itu berhasil membuat Jeje bangkit kembali dari tempat tidurnya dan membuka tirai jendela di kamarnya. Sang pengirim pesan tersebut sedang berdiri di sana, bersandar pada mobilnya. Kedua tangannya terbentang lebar dengan senyum jahil terpasang jelas pada wajahnya. Jeje terkekeh, namun ikut membalas kejahilan pria itu. Ia hanya merespon dengan memiringkan kepalanya dengan salah satu alis terangkat tanpa bergegas turun menemuinya.
Melihat respon yang didapat tidak sesuai dengan harapannya, Gerry pun mengatup kembali kedua tangannya yang sedari tadi terbentang lebar yang kemudian menjadi memeluk dirinya sendiri. Tawa Jeje pun pecah akan itu, ia pun segera bergegas turun untuk menghampirinya.
“Kamu ngapain ke rumah jam segini? Bukannya besok pagi-pagi udah harus ke Bandung?”, itu kalimat pertamanya setelah ia berhasil membuka pintu pagar rumahnya.
“Aku harus recharge energiku dulu sebelum ninggalin kamu ke Bandung selama tiga hari tau.” Jeje pun langsung menghamburkan diri ke dalam pelukannya. “Maaf ya aku gak bisa ikut dateng ke acara grand opening resto baru kamu di Bandung. Masih banyak yang harus aku urus untuk launching new collection kantor aku.”
Kehangatan yang seketika tercipta itu membuat suasana terasa semakin tenang seraya ditemani sinar rembulan yang begitu sempurna. Gerry dengan nyaman menyelisikkan jari jemarinya pada helaian rambut gadis yang saat ini masih betah bersarang di dalam dekapannya. Aroma tubuhnya yang begitu khas membuatnya tidak ingin mengakhiri malam ini.
“Thank you for always being a good girlfriend for me, Sayang.”
Jeje mendongakkan kepalanya, “And thank you for always trying your best for us.“
Dekapan keduanya pun semakin erat menyeruak bersama hembusan angin malam yang tanpa mereka sadari ada salah satu makhluk hidup lain yang sedari tadi menjadi penonton setia semua adegan yang tercipta malam ini.